KALABAHU UTAMA, Dalam Catatan.
Beberapa hari yang lalu masih ku ingat, kegiatan pelatihan yang mungkin tidak akan kulupakan seumur hidupku. Tidak semua orang bisa mengikutinya.
Senin, 25 Maret 2024, aku bersama dengan tiga sahabat ku, Indra dari Lampung, Yano dari Manado dan Irvan dari Medan, kami berangkat bersama dari Soekarno-Hatta menggunakan kereta api bandara menuju stasiun terdekat (manggarai) untuk menuju markas besar kami, YLBHI. Setibanya di Jalan Diponegoro 74, pada lantai 3 gedung itu kami bertemu dan saling menyapa kepada para pimpinan dari berbagai macam daerah di Indonesia yang merupakan peserta Kalabahu Utama.
Dua minibus telah menunggu kami, tanpa sabar kami pun dengan tertib dan penuh semangat memadati bus-bus yang telah disediakan. Rasa kantuk yang tidak bisa ditawar membuat kami tertidur di bus itu selama perjalanan. Tidur dalam kondisi orang yang berpuasa adalah ibadah. Setelah terbangun ternyata lokasi pelatihan masih belum ditemukan, bus yang kami tumpangi harus mengarungi kemacetan yang sangat luar biasa. Untungnya kami didalam bus bukan diluar, jika itu terjadi, apa yang akan terjadi, maka lupakanlah itu.
Mengintip google maps yang tampil di smartphone pak supir yang sedang bekerja, mengendali bus supaya baik jalannya, kami tahu bahwa masih puluhan kilometer lagi kami akan sampai pada tempat tujuan. Resah dan melahirkan gumam, kemanakah kita akan berlabuh. Masihkah ada tempat dihatimu. Ketidaknyambungan ini tentu karena sebab terlalu lama di bus.
Jalan yang tadinya ramai kini mulai sepi, jalanpun semakin menanjak, kemanakah kita akan berhenti, apakah kami akan ke Desa Penari. Pohon-pohon tinggi mulai tampak, bak menyambut kami dengan rimbunnya. Kami telah sampai di sebuah kaki bukit yang berada di Sukabumi. Kegelisahan kami pun pergi berganti kepada takjub kepada indahnya alam yang terawat rapi karya Ilahi.
Tanpa senyuman dan ucapan selamat datang kami diberitahukan tentang kelanjutan acara dan dimana tempat kami untuk beristirahat. Kami beristirahat layaknya generasi milenial yang sedang camping, kami tidur di tenda. Satu tenda dihuni dua orang, dan tenda itu saya berbagi dengan kawan Kodrat asal Aceh.
Setelah berbuka puasa dan menunaikan ibadah kami berkumpul di tenda besar. Sebelum kumpul, seluruh peserta satu persatu dipanggil untuk melewati sebuah Lorong. Ini benar-benar Lorong yang telah dipersiapkan, dalam Lorong itu saya seperti terdorong ke masa lalu di awal saya mengenal LBH-YLBHI. Lorong itu seolah-olah bersuara dan bercerita, hey kamu ini jalan hidupmu yang telah kau pilih. Tanpa sadar engkau telah melaluinya dengan suka dan duka. Ini bukan cerita tentang orang lain namun ini cerita tentang kehidupanmu sendiri. Di Ujung Lorong ada sebuah cermin besar dan kita pun bisa melihat siapa yang ada di depan cermin itu. Siapa dia?.
Setelah melewati Lorong kami dipersilahkan ke tenda utama dan bergabung dengan yang lain. Nampak disana para mentor dan fasilitator yang tak asing bagi kami semua. Para mentor yang kami kenal dengan penuh dedikasi di seluruh hidupnya untuk Gerakan bantuan hukum struktural. Mereka-mereka inilah selama enam hari kedepan menjadi saksi bagaimana kami digembleng sampai termewek-mewek dan mehek-mehek.
Kami selama 6 hari diajak berpikir, refleksi, meningkatkan kemampuan dan banyak hal lainnya. Sampai kami juga belajar tentang olah vokal selain belajar tentang tata Kelola organisasi modern.
Karya Latihan bantuan hukum atau Kalabahu Utama tidaklah seperti pelatihan-pelatihan lainnya yang pernah saya ikuti, pelatihan ini lebih komplit dan asyik. Semua telah dipersiapkan dengan sangat matang oleh panitia sehingga acara bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Ini tentu pelatihan yang harus berbeda, karena ini pelatihan untuk pengabdi bantuan hukum utama. Pelatihan yang sengaja didesain untuk para pimpinan dimasing-masing kantor LBH.
Dari tulisanku yang nyaris tidak terbaca dalam buku warna coklat, aku menulis beberapa kata dalam pelatihan ini, yaitu: Tiba saat tiba akal, pengetahuan organisasi berbeda dengan dengan pengetahuan individu, susah terkelola konflik karena hubungan kemanusian terganggu, mempunyai imajinasi utopia, yang tidak mencatat hari ini akan menganiaya generasi mendatang. Apakah penjabaran dari itu semua, kalian harus ikut Kalabahu Utama jika mampu. Kalian akan mendapatkan itu semua.
Dari sahabatmu, di bawah langit dan di atas bumi.
Nugroho Waluyo, Palangka Raya, 4 April 2024.